|
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) |
Well.. mungkin buat readers yang belum tahu, saya adalah seorang guru, pengajar, pendidik - yang mungkin masih termasuk newbie - di dunia Pendidikan, khususnya, di Sekolah Menengah Kejuruan - SMK. :)
Lebih dari 3 tahun ini sudah saya menjadi seorang guru.. khususnya Software Engineering, alias Rekayasa Perangkat Lunak.
Banyak sekali hal yang saya pelajari dan alami. Soal siswa, sekolah, guru, fasilitas, dan problematika di dalamnya. Amat sangat komplek ternyata :)
Bicara soal sekolah, kualitas sekolah itu sendiri juga cukup berbeda ketika diperbandingkan antara Sekolah Negeri dan Swasta. Lebih dipersempit dan spesifik lagi yaitu perbedaa antara Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta pada SMK.
Yang pertama, pada kualitas inputnya.
Banyak sekolah negeri yang memang dari segi input siswa masuknya sudah baik, jadi outputnya pun sudah pasti bisa dipastikan 90 % baik.
Fenomena di Indonesia, Kenapa sih sebagian masyarakat kita masih lebih cenderung memilih sekolah negeri? Ya sudah pasti karena di Indonesia, mendapatkan Ijazah dari Sekolah Negeri itu lebih terkesan 'pintar' dibandingkan sekolah swasta. Nah, padahal, sebenernya banyak juga sih sekolah swasta yang oke dan gak kalah fasilitasnya dibandingkan sekolah negeri.
Kalau di kota saya sendiri, Malang, beberapa Sekolah Swasta yang boleh dibilang berkualitas ada di Dempo, Cor Jesu, Sabilillah, Bani Hasyim, dan Sekolah2 Swasta lainnya. Bedanya Negeri ama Swasta, memang terlihat dari pendanaannya. Gak jarang orang takut untuk masuk sekolah swasta karena biayanya yang lebih mahal daripada negeri. Padahal sebenernya tidak 100% benar.
Well, Sekolah Negeri bisa dibilang lebih murah untuk SPP, karena dia mendapatkan biaya bantuan operasional dari pemerintah, dan guru-guru
PNS-nya mendapat gaji dari Pemerintah juga. Sedangkan Sekolah swasta, uang 100% dari siswa dan dikelola oleh Yayasan untuk seluruh kegiatan operasional sekolah itu sendiri.
Tentu saja, kesejahteraan Sekolah jadi amat sangat tergantung dengan bagaimana pengelolaan keuangan pada yayasan.
Ada banyak sekolah swasta yang terjangkau, dengan fasilitas yang tidak kalah baiknya dengan sekolah negeri. :)
Dengan guru-guru yang Insyaallah lebih berkualitas juga, mengingat penanganan siswa di kebanyakan SMK Swasta, cenderung lebih sulit dibandingkan dengan SMK Negeri.
Kembali soal input dari sekolah swasta, memang, istilah sekolah swasta adalah buangan dari sekolah negeri itu sudah bukan hal yang baru lagi didengar. Itu biasa. Akan tetapi, di balik perihal perekonomian di Indonesia negeri kita tercinta ini, masih ada banyak, siswa yang notabene cerdas dan berkualitas, hanya karena tidak sanggup untuk sekolah di SMK Negeri yang biasanya memasang harga uang masuk sekitar 5 jutaan (itu di SMK Negeri di Kota saya), alih-alih melanjutkan mendaftar masuk di SMK Negeri, akhirnya siswa ini jadi masuk ke SMK Swasta tempat saya mengabdi.
Nah, kenapa sih penanganan siswa di SMK Swasta cenderung lebih berat? Dari background inputan asal SMP-nya yang sudah lemah, permasalahan yang mereka bawa dari SMP pun juga beraneka ragam. Ditambah dengan pengaruh-perngaruh dari pertemanan yang notabene berasal dari background yang sama, tentunya permasalahan dan problematika peserta didik cukup rumit. Di SMK Swasta di tempat saya mengabdi saya akui sangat luar biasa dalam hal memperhatikan anak didiknya.
Sejak kelas X atau kelas 1 awal masuk ke SMK, mereka mengalami masa MOS yang sekaligus dilakukan pembinaan mental. berusaha membentuk karakter yang lebih baik, yang sudah baik diupayakan tetap baik, dan yang di masa SMP-nya masih negatif maka dipositifkan. Yang kemudian secara berkala, dipantau dan dibina selama 3 tahun ke depan bersama-sama seluruh Bapak dan Ibu Guru Pendidik.
Bukan hal yang mudah memang, mengingat kondisi yang sudah terbentuk sedemikian adanya. Akan tetapi, dengan usaha, kesabaran dan kerjasama yang baik dari seluruh komponen sekolah, tidak mustahil hal tersebut bisa dilaksanakan.
Ada suatu kasus dimana, sejak di SMP-nya, pendidikan agama dalam arti akhlaq ternyata hanya sebatas pengetahuan tanpa implementasi. Yang menyebabkan, perilaku siswa yang sulit dan sangat keras semaunya sendiri. Setelah diadakan pendekatan, ternyata permasalahan siswa tersebut justru berawal dari rumah atau keluarganya. Setelah diteliti lebih dalam, perilaku tersebut adalah akibat dari apa-apa yang orang tuanya
dulu juga pernah lakukan/terjadi di masa lampau.
Kasus yang lain, masih berupa manifestasi kekecewaan terhadap orang tuanya, merasa tidak diperhatikan, yang berakibat, sama sekali gak ada motivasi untuk sekolah, dan juga suka berbuat negatif semacam minum-minuman keras. Dengan demikian, saya rasa 'PR' daripada SMK Swasta cenderung lebih berat di pundak Bapak dan Ibu Guru Pengajar dibandingkan SMK Negeri dalam hal mendidik siswa.
Pertama kali mengajar saya langsung terjun di SMK Swasta, dan mulai beradaptasi dengan segala tingkah polah siswa yang unik dan kadang-kadang gak menarik. Rasanya jadi lebih tahan banting juga kita sebagai pengajar. Dan, ketika pada suatu hari saya dihadapkan bagaimana menjadi seorang pengajar di SMK Negeri, rasanya amat sangat jauh berbeda, terasa lebih ringan.
Padahal, jumlah siswa di sebuah kelas SMK Negeri lebih banyak dari SMK Swasta. Dan lagi, karena masih tergolong SMK baru yang masih dalam pengembangan fasilitas dan semuanya, Lab RPL nya cuma 1 dengan PC max ada 20, jadi 1 PC bisa dibuat beberapa siswa. Lain dengan di SMK Swasta tempat saya mengajar, 1 PC bisa untuk 1 siswa.
Di SMK Negeri, dengan kondisi siswa yang demikian baik (rata2), dengan mudahnya bisa menyerap pelajaran2 yang kalau di SMK Swasta harus lebih telaten dalam penjelasan maupun praktikalnya. Siswa SMK Negeri, mereka cenderung lebih aktif, lebih mudah diarahkan, dan bila memang belum paham, akan bertanya sampai pada titik dimana mereka bisa memahami. Diberi tugas berat dan yang model bagaimanapun mereka merasa tertantang untuk mengerjakannya. Motivasi mempelajari ilmu baru yang sangat tinggi juga mereka miliki.
Tantangannya di SMK Negeri, kita harus bener2 bisa menguasai kelas dan materi semaksimal mungkin. Dan sangat menyenangkannya karena hampir semua siswanya memiliki semangat belajar dan antusiasme yang tinggi. Kita akan semakin tertantang untuk berkembang lebih baik lagi.
Terutama di bidang saya, Software Engineering, Programming Language, yang mana perkembangannya di dunia Teknologi Informasi ini sangat pesat sekali. Perilaku kesopanan siswa di SMK Negeri juga terasa lebih baik. Mereka sangat menghormati dan menghargai guru pengajarnya.
Sangat jarang saya bisa marah kepada anak didik disini. (Emang pada dasarnya sabar gitu saya ini mungkin ya :D)
SMK Negeri dan Swasta memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing. Yang mana selalu menjadikan pengalaman tersendiri bagi saya sebagai manusia. Tiap detik raya belajar hal baru, yang mungkin sekolah maupun bangku kuliah tidak pernah mengajarkannya kepada saya.
|
SMK Bisa! |
Pada akhirnya, saya masih bertahan di kedua SMK itu. Saya sangat menyayangi murid-murid saya, dengan porsi yang sama.
SMK Negeri maupun SMK Swasta, semuanya pasti bisa! Bisa mendidik sepenuh hati dan membekali peserta didik dengan ilmu yang berguna untuk mereka di masa depan nanti :)
Bisa berbagi ilmu itu sangat menyenangkan bukan? Tidak peduli saya ini bukanlah Guru PNS dan bahkan masih akan wisuda 2 minggu ke depan. :D